Sabtu, November 12, 2011

11.11.11

Tanggal yang cantik untuk hari yang indah ini. Berderet dengan angka kembar. Ya, di hari ini banyak yang mengenangnya dengan momen-momen yang indah.
Ada yang melakukan lamaran, kelahiran bayi, opening ceremony SEA Games ke-26 di Palembang, hingga melakukan akad nikah secara live di TV ala Ustadz Solmed dan April Jasmin.
Well, apa pun itu. Semoga hari ini akan selalu dikenang dan membekas di hati masing-masing. Karena tanggal serupa tak mungkin terulang dua kali.

Kamis, Juli 14, 2011

Mampir ke Istana Gebang di Blitar


Pada saat kami sampai di Blitar (07/10/2010), salah satu tujuan kami mengunjungi rumah orang tua Bung Karno yang memiliki nama lain Istana Gebang. Letaknya tak terlalu jauh dari makam Bung Karno, lokasinya berada di Jl. Sultan Agung No.69, Blitar. Disinilah Presiden RI pertama ini tinggal pada masa remajanya.
Di ruang tamu terdapat berbagai kursi tamu terbuat dari rotan. Berbagai macam lukisan dan koleksi benda-benda antik menghiasi ruang tamu hingga ruang tengah. Sedangkan di bagian belakang terdapat rumah para penjaga dan sebuah garasi berisikan Mercedes Benz 190 berwarna hitam yang katanya sering digunakan oleh Bung Karno. Di sisi kanan rumah terdapat balai kesenian yang dulu sering digunakan untuk pementasan seni. Setiap tahunnya rumah ini selalu ramai dikunjungi masyarakat pada saat peringatan haul (peringatan wafatnya) Bung Karno yang biasanya digelar mulai 19-21 Juni.

(Berdasarkan pengalaman mengikuti program AKU CINTA INDONESIA 2010 oleh Detikcom)

Selasa, Mei 17, 2011

Sejarah Kelam Pada Monumen Kresek di Madiun


Apabila Anda berkesempatan mengunjungi kota Madiun, tak ada salahnya mengarahkan kendaraan ke Monumen Kresek yang berlokasi sekitar 8 km dari kota Madiun tepatnya di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Lokasi ini merupakan saksi bisu ganasnya para anggota PKI, dimana para anggota TNI dan pamong desa dibantai dan disiksa dengan biadab pada tahun 1948. Di lokasi yang seluas 2 hektar ini dapat kita temukan patung, monumen dan relief untuk mengenang peristiwa keji tersebut.

Monumen ini diresmikan pada tanggal 10 Juni 1991 oleh Gubernur TK 1 Jawa Timur yang menjabat waktu itu, yakni H. Soelarso. Di bagian atas monumen bisa kita lihat relief, patung dan prasasti peresmian yang berisikan pesan-pesan bagi generasi muda agar tetap mempertahankan semangat Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan di bawah, di dekat pendopo dapat kita lihat prasati lain yang bertuliskan nama-nama korban tewas. Tak perlu takut kehausan dan bahkan kelaparan karena di lokasi ini terdapat warung-warung dan pendopo untuk beristirahat, toilet umum pun tersedia. Pada hari-hari biasa keadaan di monumen ini relatif sepi, sedangkan pada akhir minggu dipastikan ramai.









(Cerita ini berdasarkan pengalaman mengikuti program AKU CINTA INDONESIA oleh Detikcom, 2010)

Link asli

Senin, Mei 09, 2011

Eksotisme Pantai Selatan Yogyakarta

Relax di Pantai Sadranan
(Cerita ini berdasarkan pengalaman mengikuti program Aku Cinta Indonesia oleh Detikcom, 2010)

Girangnya hati ini karena tahu tujuan wisata hari ini (14/10/2010) semuanya adalah pantai!! Apalagi pantainya adalah pantai-pantai yang terdapat di wilayah pantai selatan yang terkenal dengan ombaknya yang cihuy dan pemandangannya yang dahsyat. Sebagai orang yang tinggalnya di kota yang tak memiliki pantai (hanya sungai), melihat pantai adalah hal yang langka. 

Pantai pertama yang kami tuju adalah Pantai Sadeng yang terletak di Girisubo, Gunung Kidul. Konon dulunya pantai ini adalah muara dari sungai Bengawan Solo Purba, tapi karena adanya proses geologis Lempeng Australia yang menghujam ke bawah Pulau Jawa sehingga aliran sungai berbalik arah ke utara. Pantai ini sekarang dijadikan pelabuhan/pelelangan ikan namun sangatlah rapi dan teratur. Kapal-kapal dan pondok-pondok nelayan berjejer dengan tertib. Disini kami menikmati beberapa potong tempe goreng dan sedikit foto-foto. Selama perjalanan mencapai pantai ini kita dapat menikmati pemandangan batu kapur yang indah. 

Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Wedi Ombo yang letaknya berada di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul. Debur ombak nan menjulang menyambut kedatangan kami. Batu-batu karang pun serasa memanggil kami untuk menaikinya. Tanpa buang waktu kami segera pasang aksi di depan kamera. Oya, siapkan uang Rp. 1.000/orang untuk tiket masuk dan biaya parkir sebesar Rp. 1.500.  
Pantai Wedi Ombo



Pantai Sundak berada di daftar tujuan kami selanjutnya. Tanpa buang waktu roda mobil segera diarahkan ke Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul. Nama pantai ini konon asalnya karena tempat ini digunakan sebagai tempat pertarungan antara anjing dan landak. Debur ombak dan batu-batu karang memanjakan mata kami. 

Berikutnya, Pantai Sadranan tak luput pula dari kunjungan kami. Disini pantainya sangatlah bersih dan nampak masih alami. Tak kami temui kotoran/sampah plastik di pantai ini. Mungkin karena belum banyak wisatawan yang mengunjungi tempat ini atau bisa juga karena ketelatenan Pak Sugeng (71 tahun) penjaga tempat ini. Beliau telah bermukim disini sekitar 11 tahunan. Disinilah tempat yang pas bagi kami untuk berbasah-basahan. Segera saja satu persatu menceburkan diri ke air pantai, bermain dengan ombak-ombak. Rasa lapar pun datang, maka kami sudahi bermain di Pantai Sadranan dan menuju Pantai Kukup. Hanya numpang makan saja di pantai ini dan tidak turun ke pantainya karena hari sudah sore.Wah, puas sekali petualangan di pantai selatan hari ini, semoga pantai-pantainya tetap terawat dan lain waktu punya kesempatan mengunjunginya lagi. Salam Indonesia!

Minggu, Maret 20, 2011

Keraton Jogja Nan Bersahaja

Letaknya berada di pusat kota Yogyakarta. Keraton merupakan tempat tinggal raja-raja Yogyakarta. Setiap hari Keraton dapat dikunjungi wisatawan mulai pukul 08.30 hingga pukul 13.30, sedangkan pada hari Jum'at Keraton buka hanya sampai pukul 11.00 saja. Sebagian wilayah Keraton digunakan sebagai museum yang menyimpan beragam barang-barang bernilai seni tinggi mulai dari batik hingga kristal-kristal pemberian raja-raja Eropa.

Keraton ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I di tahun 1775. Istana para Sultan Yogyakarta ini memiliki tujuh kompleks inti, yakni Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Keraton Yogyakarta berada diantara dua alun-alun yaitu Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan. Masing-masing alun-alun berukurang kurang lebih 100x100 meter.

photo by : @dds722



Secara keseluruhan Keraton Yogyakarta berdiri di atas tanah 1,5 km persegi. Sultan yang memimpin saat ini adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X. Harga tiket masuk tergolong murah, hanya Rp. 3.000/orang, sedangkan apabila membawa kamera dikenakan tambahan biaya sebesar Rp. 1.000.

(Cerita ini berdasarkan pengalaman mengikuti program AKU CINTA INDONESIA oleh Detikcom 2010)


Rabu, Februari 09, 2011

Mengintip Candi Kamasutra



Candi Kamasutra? Candi erotis? Julukan bagi Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah ini membuat saya penasaran untuk melihat langsung seperti apa arsitektur bangunan yang didirikan sekitar abad ke 15 ini. Tanpa buang waktu begitu ada kesempatan hari ini (05/10/2010), kami segera mengarahkan kendaraan ke Desa Sukuh, Kabupaten Karanganyar. Tak perlu takut tersesat karena kita dapat bertanya arah kepada warga sekitar untuk bertanya arah. Jalan masuk menuju candi yang berjarak sekitar 2 kilometer menawarkan panorama hamparan hijau kebun teh yang seperti turut menemani kami sepanjang perjalanan menuju Candi Sukuh.

Sesampainya di pelataran parkir, udara segar langsung menyambut. Maklum saja, candi ini posisinya berada di 1.186 meter di atas permukaan laut jadi dijamin bebas dari polusi. Melihat arsitektur Candi Sukuh dari jauh yang berundak-undak, saya langsung teringat dengan piramida bangsa Maya di Amerika Selatan karena bentuknya serupa tapi tak sama.

Diburu rasa penasaran, kami segera menuju loket pembelian tiket masuk di bagian depan seharga Rp 2.500 per orang. Memasuki kawasan candi, saya segera mencari tahu mengapa candi ini diberi julukan demikian. Terdapat papan informasi di depan tapi karena ingin menguak sendiri rahasia Candi Sukuh, maka saya melewatkannya. Kemudian secara tak sengaja melintasi teras pertama candi, saya cukup terkejut karena didalamnya terdapat relief di lantai yang menggambarkan kejantanan pria dan kesucian wanita yang bersentuhan. Setelah mencari tahu, ternyata simbol ini merupakan lambang kesuburan, jadi bukan bermakna yang negatif.

Memasuki teras kedua, terdapat beberapa patung yang berdiri tegak tapi tanpa kepala. Entah rusak dimakan usia atau ada tangan-tangan iseng? Nah, kemudian di teras ketiga terdapat candi induk yang sebelumnya saya lihat dari tempat parkir, dengan ornamen-ornamen berupa relief dan patung-patung di kiri dan kanannya. Pengunjung dapat memasuki candi induk dan sampai di bagian atas yang berupa bujur sangkar ini dengan menaiki undakan-undakan yang lumayan tinggi yang konon katanya di desain seperti ini karena pada jaman dahulu dipergunakan sebagai alat tes keperawanan bagi para gadis, jika selaput dara si gadis robek lalu berdarah maka dia dianggap masih perawan, tapi apabila sudah tidak perawan maka ketika menaiki undakan candi induk ini maka kain yang dikenakannya akan robek lalu lepas. Bentuk candi ini pun disebut-sebut merupakan representasi dari rahim wanita.

Sekedar info, Candi Sukuh ini merupakan candi termuda di Indonesia karena sejak runtuhnya Kerajaan Majapahit di abad ke 15 tidak ditemui lagi pembangunan candi di Indonesia. Sedikit tips, sebelum menuju candi ini yaitu agar memastikan kendaraan yang dipergunakan berada pada kondisi yang prima dikarenakan jalan masuk yang berupa kelokan, jurang dan tanjakan serta tidak meninggalkan sampah plastik atau benda-benda yang tidak dapat di daur ulang demi kelestarian dan kebersihan lingkungan Candi Sukuh. 

(Cerita ini berdasarkan pengalaman mengikuti program AKU CINTA INDONESIA oleh Detikcom, 2010)

Copyright © 2014 My Dream, My Life, My Journey